Kecakapan literasi sangat
dibutuhkan oleh siapapun terlebih siswa. Literasi merupakan keterampilan untuk
mengelola informasi. Kecakapan literasi membantu manusia dalam
mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengatur, menggunakan suatu
informasi. Kecakapan literasi juga memungkin manusia mengomunikasikan informasi
untuk mengatasi masalah. Pengertian literasi tidak hanya membaca dan menulis
tapi juga mampu menggali, mengolah, mengidentifikasi dan menggunakan
informasi yang kita peroleh ke dalam bentuk sikap dan mengkomunikasikannya
kepada orang lain,” jelasnya.
Kemampuan literasi yang baik,
dapat menjadi bekal untuk anak-anak agar ke depannya bisa menjalani kehidupan
sehari-hari dengan baik sehingga siap menghadapi hidup di dunia nyata.
Anak-anak saat ini juga dituntut memiliki empat keterampilan dasar yakni keterampilan
berkomunikasi, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif.
Pembiasaan
baca-tulis adalah penting dan bagian dari hidup keseharian kita. Paradigma lama
yang mengidentikkan kegiatan baca-tulis identik dengan aktivitas sekolah
tampaknya sudah harus direvisi dan diganti dengan paradigma baru, yaitu
meyakini bahwa kegiatan baca-tulis merupakan kebutuhan utama dan kunci untuk mempelajari
segala ilmu pengetahuan, termasuk informasi atau petunjuk sehari-hari serta
pendokumentasian kejadian yang berdampak besar bagi kehidupan. Ketika membeli
obat dibutuhkan kemampuan untuk memahami petunjuk konsumsi pemakaian yang
tertera Jika salah, tentu akibatnya bisa fatal. Bukti transaksi jual-beli
berupa daya ingat tidak akan menyelesaikan masalah ketika terjadi sengketa. Yang
merupakan salah satu contoh masalah bila kita tidak melek literasi
Literasi juga sangat berguna
bagi siswa masa kini yang hidup di abad 21, mereka hidup di era informasi.
Keterbukaan informasi yang nyaris tanpa batas menjadikan siapapun terutama
siswa harus berkecakapan literasi. Ragam mata pelajaran mengharuskan siswa
mampu membaca dengan baik. Untuk itulah kecakapan literasi menjadi penting.
Literasi membantu siswa memahami teks lisan, tulisan, audio, maupun gambar atau
visual. Dengan demikian, semakin baik literasi siswa, semakin baik pula
prestasi belajarnya
Keberadaan alat
informasi dan komunikasi yang canggih, seperti komputer, laptop, android dan
berbagai alat komunikasi berbasis elektronik lainnya ditengarai belum mampu
mengubah mindset sebagian besar orang (pengguna) sebagai sarana mengakses ilmu
pengetahuan di abad 21. Akibatnya, mereka kurang memiliki skemata pengetahuan
untuk membangun sumber daya manusia yang handal dan dapat bersaing di abad 21.
Peradaban abad 21 memunculkan gejala ajang kompetisi pada semua bidang
kehidupan. Mereka yang tanggap dan kritis serta mampu beradaptasi dengan gejala
tuntutan abad 21 akan memiliki peluang meningkatkan status sosialnya atau taraf
kesejahteraannya. Sementara yang tidak mampu beradaptasi akan tersingkir dan
tersisi.
Terminologi abad
21 dalam ranah lapangan kerja menuntut setiap individu untuk memiliki kecakapan
atau keterampilan baik hard skill maupun soft skill yang mumpuni agar dapat
terjun ke dunia pekerjaan dan siap berkompetisi dengan negara lain. Kecakapan
hard skill dan soft skill yang dimaksud meliputi kecakapan berpikir kritis,
komunikasi, berkolaborasi, berkreativitas dan berinovasi. Kelima kecakapan ini
yaitu Learning to know (belajar menngetahui), Learning to do (belajar melakukan
sesuatu), Learning to be (belajar menjadi sesuatu), dan Learning to live
together (belajar hidup bersama). Keempat pilar prinsip pembelajaran ini
sepenuhnya didasarkan pada kemampuan literasi. Oleh karena itu, Pemerintah
mengamanahkan pembelajaran abad 21 pada dunia pendidikan. Salah satu
karakteristik pembelajaran abad 21 adalah penguasaan keterampilan yang berupa
literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, literasi numerasi, literasi sains,
literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan.
Salah satu di antara enam literasi
dasar yang perlu kita kuasai adalah literasi baca-tulis. Membaca dan menulis
merupakan literasi yang dikenal paling awal dalam sejarah peradaban
manusia. Literasi
yang paling dasar sesungguhnya tidak jauh dari kehidupan kita, misalnya
kemampuan untuk membaca, menulis, menghitung, berbicara, mendengar,
memprediksi, menggambarkan, dan mempersepsikan. Kemampuan literasi yang baik,
dapat menjadi bekal untuk anak-anak atau siapapun agar ke depannya bisa menjalani
kehidupan sehari-hari dengan baik sehingga siap menghadapi hidup di dunia
nyata. Anak-anak saat ini juga dituntut memiliki empat keterampilan dasar
yakni keterampilan berkomunikasi, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif.
Keduanya tergolong literasi
fungsional dan berguna besar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki
kemampuan baca-tulis, seseorang dapat menjalani hidupnya dengan kualitas yang
lebih baik. Terlebih lagi di era yang semakin modern yang ditandai dengan
persaingan yang ketat dan pergerakan yang cepat. Kompetensi individu sangat
diperlukan agar dapat bertahan hidup dengan baik.
Literasi yang ke dua yaitu Literasi numerasi
adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) menggunakan berbagai macam angka dan
simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah
praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari dan (b) menganalisis
informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.)
lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan
mengambil keputusan.
Literasi yang ketiga yaitu
Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk
mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan
fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami
karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk
lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan
peduli terhadap isu-isu yang terkait sains.
Literasi yang keempat yaitu Literasi Finansial adalah
pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan
risiko, keterampilan agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks
finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun
sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.
Literasi yang kelima yaitu Literasi Digital diartikan sebagai kemampuan untuk
memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber
yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. literasi digital lebih banyak
dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan
menyebarluaskan informasi.
Literasi yang keenam yaitu Literasi budaya merupakan
kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia
sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah
kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Literasi
budaya dan kewargaan menjadi hal yang penting untuk dikuasai di abad ke-21.
Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaaan, adat istiadat,
kepercayaan, dan lapisan sosial. Sebagai bagian dari dunia, Indonesia pun turut
terlibat dalam kancah perkembangan dan perubahan global. Oleh karena itu,
kemampuan untuk menerima dan beradaptasi, serta bersikap secara bijaksana atas
keberagaman ini menjadi sesuatu yang mutlak.
Keberliterasian dalam konteks ini
bukan hanya masalah bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melainkan
juga yang lebih penting, bagaimana warga bangsa memiliki kecakapan hidup agar
mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain untuk menciptakan
kesejahteraan dunia. Dengan kata lain, bangsa dengan budaya literasi tinggi
menunjukkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif,
komunikatif sehingga dapat memenangi persaingan global. Sebagai bangsa yang
besar, Indonesia harus mampu mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat
kecakapan hidup abad ke - 21 melalui pendidikan yang terintegrasi, mulai dari
keluarga, sekolah, sampai dengan masyarakat.
Tidak ada komentar: